Sabtu, 04 Januari 2014

RABU WAKASAN = Mitos

Assalamualaikum.w.w,
perkenankan saya menulis pendapat tentang.... RABU WAKASAN

RABU WAKASAN adalah : hari rabu terakhr atau arba'mustamir di Bulan SAFAR .pada hari rabu tersebut Allah akan menurunkan Beribu-ribu mala petaka(bala').

Mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,   yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.

dari Abu Hurairah , Rasulullah bersabda ,

"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (H.R.Imam al-Bukhari dan Muslim).

tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk. sandaran tawakkal manusia itu hanya kepada Allah, bukan terhadap makhluk atau ramalan.

Allah tidak pernah membuat hari/segala sesuatu yang buruk untuk makhluk-Nya.

" Allah itu lebih banyak menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya daripada memberikan bencana. Yang namanya Rabu kapan pun, Rabu paling akhir, atau Rabu mana pun, ini kan hari-hari milik Tuhan, milik Allah, biasa aja, tidak ada pengaruh apa-apa, tidak ada kejadian khusus, tidak ada perilaku khusus, tidak ada nuansa khusus. Jadi, mari kita sambut hari apa pun itu. " tulis
salah seorang tokoh penting di jawa barat, sebut saja Kang Aher (Gubernur Jawa Barat) di website ahmadheryawan.com

Ironinya, Umat Islam di Indonesia masih saja memercayai istilah RABU WAKASAN ini benar-benar ada. berdasarkan dari kitab-kitab ulama yang diyakini sebagai hasil dari ijtihad/pendapat ulama itu. mengikuti ijtihad ulama memang baik. namun jika ulama tersebut memiliki pendapat yang bertentangan dengan sunnah, maka ingatlah ketegasan Imam Syafi’i dalam membela sunnah.
 
beliau berkata :
Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang."

--> artinya, secara tersirat imam syafi'i mengatakan sebelum ijtihad itu dipakai, tidak boleh bertentangan dengan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
namun kebiasaan Umat Islam di Indonesia yang sering ikut-ikutan / latah ini yang sulit sekali diberikan pemahaman akan mitosnya RABU WAKASAN ini.

Namun saya yakin, Allah memberi daya tangkap bagi kaum yang mau berfikir.

Allah berfirman : “ Janganlah kamu ikut-ikutan terhadap segala sesuatu yang belum kamu miliki pengetahuannya, karena sesungguhnya pendengaran, penghlihatan dan hati/daya tangkap akan diminta pertanggung jawabannya.. ( Q.S. Al-Isra’ (17) ayat : 36 )

oleh karena itu, yukk qta sama-sama untuk senantiasa berhusnudzon sama Allah. dan itu adalah jalan aqidah yang LURUS..

Mohon koreksi dari Pembaca sekalian

Wassalamualaikum w.w,